Jumat, 06 Oktober 2017

Jangan bangunkan aku karna aku belum siap

Kini ku paham
Kita ini hanya merasa kesepian
Setelah melewati perang saat itu
Saat kau memutuskan untuk menyerah, ingatkah dirimu?

Walau hanya kurang satu potongan puzzle yang tersembunyi dipunggungmu kau akan menang, kau memilih untuk menyerah.

Tidak salah mu memang jika kau tidak melihat potongan itu. Karna manusia jenis apapun kurasa tidak akan bisa melihatnya tanpa bantuan apapun,kecuali dewa mungkin, itu pun belum dapat dipastikan dia bisa melihat potongan puzzel itu.

Setelah perang itu...
Ku hanya ingin jika memang kau memutuskan untuk pergi, pergilah dengan pamit. Jika memang kau memutuskan untuk tetap disini, silahkan saja. Ku senang.

Jujur disaat ku tau kau menyerah dalam perang perasaan ku campur aduk. Entah itu marah sedih kecewa pasrah ku tak bisa membedakan. Semua terasa buruk. Namun jika memang itu pilihan yang terbaik menurutmu, maka aku pun manut. Sebagaimana ratu yang manut saat rajanya memerintah.
Saat itu aku hanya berpikir. Mungkin ini saatnya untuk melepasmu. Untuk lebih berbahagia dengan seseorang yang akan menjadi ratumu. Tidak rela memang. Jika ada yang menggantikan ku. Namun kau tetap raja, dan kau lelaki kau berhak memilih.

Jika kita bersendu sendu kemarin. Ku rasa itu memang waktunya. Siapa yang tidak bersedih ketika kalah berperang?

Sampai pada akhirnya kita merasa kita salah melangkah. Ingin rasanya memperbaiki peperangan ini dan memenangkannya. Tunggu.. Kurasa bukan kita yang merasa tapi aku,ratumu yang dulu. Aku tak ingin menyebut kita karna ku takut sebenernya kau tak merasa begitu.

Jika boleh ku simpulkan. Semoga simpulanku salah. Kita hanya kesepian. Belum bisa menerima situasi. Dimana setiap paginya mendapat ucapan selamat pagi sekarang tidak. Kita hanya belum bisa menerima situasi itu. Kita hanya kesepian. Kuulangi kesepian.

Jika dilihat kerajaan tuan putri sebrang sana yang lebih hijau pijakannya dan lebih biru pemandangannya, yang kau kenal sangat dekat. Kurasa Ia sangat mengagumi mu rajaku. Namun kau tetap mengelaknya. 'tidak mungkin tuan putri sebrang sana mengagumiku, kita hanya teman dekat' katamu. Namun perlakuan mu dan reaksi tuan putri itu...

Terlihat jelas Ia mengagumi mu. Cemburu? Iya. Namun ku sadar diri aku bukanlah siapa siapa mu lagi. Aku hanya ratu mu yang dulu.

Ku lihat kau bahagia bersamanya, tersenyum, tertawa bersama, menghabiskan waktu bersama. Iri? Iya. Namun sekali lagi ku sadar aku hanyalah ratu mu yang dulu. Ku hanya berharap jangan lah kau menyerah untuk kedua kalinya walau untuk wanita yang berbeda.

Tuan putri mu yang akan menjadi ratu mu kulihat bersedih kemarin. Kuharap kau menghibur dirinya untuk tetap tersenyum. Namun ada satu hal yang ku mohon kepadamu. Jangan lakukan itu didepan ku. Karna jujur ku tak kuat. Tak kuasa.


Berbahagialah kau dengan tuan putrimu, rajaku. Namun jangan dihadapanku. Disaat ku sadar harapanku untuk kembali bersanding disampingmu itu sirna. Tak apa. Biarkan aku tertidur dan bermimpi. Jangan bangunkan aku karna aku belum siap.
continue reading Jangan bangunkan aku karna aku belum siap

Kamis, 05 Oktober 2017

Air Mata Berbicara

Setiap hari api berkobar, setiap hari pula air mengalir.
Setiap hari hati memanas, setiap hari pula hati terenyuh.
Terenyuh menangisi api yang tak kunjung padam.
Kali ini bukan lagi mulut yang berbicara, melainkan air mata yang berucap.
Entah, sudah berapa banyak air mata yang terucap.


Adakah yang mengerti ucapan air mata ini?
continue reading Air Mata Berbicara

Senin, 02 Oktober 2017