Kini ku paham
Kita ini hanya merasa kesepian
Setelah melewati perang saat itu
Saat kau memutuskan untuk menyerah, ingatkah dirimu?
Kita ini hanya merasa kesepian
Setelah melewati perang saat itu
Saat kau memutuskan untuk menyerah, ingatkah dirimu?
Walau hanya kurang satu potongan puzzle yang tersembunyi
dipunggungmu kau akan menang, kau memilih untuk menyerah.
Tidak salah mu memang jika kau tidak melihat potongan itu.
Karna manusia jenis apapun kurasa tidak akan bisa melihatnya tanpa bantuan
apapun,kecuali dewa mungkin, itu pun belum dapat dipastikan dia bisa melihat
potongan puzzel itu.
Setelah perang itu...
Ku hanya ingin jika memang kau memutuskan untuk pergi, pergilah dengan pamit. Jika memang kau memutuskan untuk tetap disini, silahkan saja. Ku senang.
Ku hanya ingin jika memang kau memutuskan untuk pergi, pergilah dengan pamit. Jika memang kau memutuskan untuk tetap disini, silahkan saja. Ku senang.
Jujur disaat ku tau kau menyerah dalam perang perasaan ku
campur aduk. Entah itu marah sedih kecewa pasrah ku tak bisa membedakan. Semua
terasa buruk. Namun jika memang itu pilihan yang terbaik menurutmu, maka aku
pun manut. Sebagaimana ratu yang manut saat rajanya memerintah.
Saat itu aku hanya berpikir. Mungkin ini saatnya untuk
melepasmu. Untuk lebih berbahagia dengan seseorang yang akan menjadi ratumu.
Tidak rela memang. Jika ada yang menggantikan ku. Namun kau tetap raja, dan kau
lelaki kau berhak memilih.
Jika kita bersendu sendu kemarin. Ku rasa itu memang
waktunya. Siapa yang tidak bersedih ketika kalah berperang?
Sampai pada akhirnya kita merasa kita salah melangkah. Ingin
rasanya memperbaiki peperangan ini dan memenangkannya. Tunggu.. Kurasa bukan
kita yang merasa tapi aku,ratumu yang dulu. Aku tak ingin menyebut kita karna
ku takut sebenernya kau tak merasa begitu.
Jika boleh ku simpulkan. Semoga simpulanku salah. Kita hanya
kesepian. Belum bisa menerima situasi. Dimana setiap paginya mendapat ucapan
selamat pagi sekarang tidak. Kita hanya belum bisa menerima situasi itu. Kita
hanya kesepian. Kuulangi kesepian.
Jika dilihat kerajaan tuan putri sebrang sana yang lebih
hijau pijakannya dan lebih biru pemandangannya, yang kau kenal sangat dekat.
Kurasa Ia sangat mengagumi mu rajaku. Namun kau tetap mengelaknya. 'tidak
mungkin tuan putri sebrang sana mengagumiku, kita hanya teman dekat' katamu.
Namun perlakuan mu dan reaksi tuan putri itu...
Terlihat jelas Ia mengagumi mu. Cemburu? Iya. Namun ku sadar
diri aku bukanlah siapa siapa mu lagi. Aku hanya ratu mu yang dulu.
Ku lihat kau bahagia bersamanya, tersenyum, tertawa bersama,
menghabiskan waktu bersama. Iri? Iya. Namun sekali lagi ku sadar aku hanyalah
ratu mu yang dulu. Ku hanya berharap jangan lah kau menyerah untuk kedua
kalinya walau untuk wanita yang berbeda.
Tuan putri mu yang akan menjadi ratu mu kulihat bersedih
kemarin. Kuharap kau menghibur dirinya untuk tetap tersenyum. Namun ada satu
hal yang ku mohon kepadamu. Jangan lakukan itu didepan ku. Karna jujur ku tak
kuat. Tak kuasa.
Berbahagialah kau dengan tuan putrimu, rajaku. Namun jangan
dihadapanku. Disaat ku sadar harapanku untuk kembali bersanding disampingmu itu
sirna. Tak apa. Biarkan aku tertidur dan bermimpi. Jangan bangunkan aku karna
aku belum siap.