Sabtu, 29 September 2018

Secangkir Kopiku

Cerita pendek jebolan pertama gua. Semoga bisa menghibur kalian ya. Selamat membaca😊

Secangkir Kopi

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, manajerku marah besar karna penjualan kami menurun drastis, semua pegawai dituntut bekerja lebih keras lagi dan lagi. Untuk sedikit menghilangkan lelahku, saat jam pulang kantor nanti, aku ingin mampir sebentar ke kedai kopi tak jauh dari kantor. Sudah lama memang kedai itu berdiri namun belum sekalipun aku menginjakkan kaki disana.
Kedai terlihat ramai, aku sempat mematung sejenak untuk memastikan yakinkah aku untuk menyegarkan sejenak pikiranku disini. Satu detik setelah aku memutuskan pilihan, aku melangkahkan kakiku menuju kedai tersebut, satu langkah berikutnya langkahku terhenti bersamaan dengan melintasnya lelaki pengendara Vespa memasuki parkiran kedai tersbut. Ia mengangguk, mungkin untuk perilakunya yang menghentikan langkahku, aku pun tersenyum membalas anggukannya.
Satu langkah memasuki pintu masuk kedai tersebut, aku mengambil napas panjang...
Kedai ini sangat menenangkan walopun ramai pengunjung, ku rasa aku kan sering kesini.
Saat melihat menu yang terpampang di atas counter, ternyata pilihan menu kopi disini bisa terbilang lengkap. Aku suka. Ugh. Sudah kali keberapa aku memuji tempat ini sebelum kurasakan racikan kopi baristanya. Bisa dibilang aku telah jatuh hati dengan kedai senyaman ini.
Senyum merekah di wajahku, ku pejamkan sejenak mataku menikmati nyamannya kedai ini, seberapa hebat pemilik kedai ini sehingga bisa membuat kedai senyaman ini, pemiliknya senyaman kedainya kah? Satu pertanyaan asal yang tiba tiba meluap dikepala. Sedang menikmati tempat ini, tiba - tiba seseorang menepuk bahuku. Aku tersadar. Ternyata aku sudah tepat berada di depan counter, aku menoleh kebelakang sejenak untuk meminta maaf atas sikapku yang membuat antrian tertunda.
Saat ku menoleh hanya ada satu lelaki berdiri tepat di belakangku, yang aku rasa sama dengan pengendara Vespa itu.
"maaf ya mas" maafku, kali ini dia yang hanya tersenyum membalas permintaan maafku.
Lelaki ini mulai menanyakan ku pesananku. Apa urusanya Ia menanyakan pesananku? Apa dia sedang merayuku atas perlakuannya tadi? Apa Ia tidak paham balasan senyumku yang artinya telah memaafkan perilakunya. Sesungguhnya aku malas meladeni lelaki seperti dia yang terlihat seperti anak kuliahan yang memanfaatkan Wifi kedai untuk mengerjakan tugasnya.
Aku segera memesan kopi favoritku. Macchiato. Aku mengedarkan pandangan untuk mencari tempat yang paling nyaman, dan aku menemukannya. Aku duduk di pojok samping jendela besar yang menyajikan pemandangan jalan.
Pesananku datang, ternyata yang mengantar Macchiato ku adalah lelaki Vespa itu. Aku tersenyum, karena kini ku tahu dia berada disini bukan untuk mengerjakan tugas kuliahnya, melainkan bekerja. Namun ada yang berbeda darinya dengan pekerja lain. Seragamnya.
Dia tidak memakai seragam seperti yang lainnya. Ia hanya mengenakan kaos hitam yang dibalut dengan jaket serta celana jeans dan sepatu old schoolnya, benar benar seperti anak kuliahan.
Setelah menaruh Macchiatoku di atas meja. Ia memperkenalkan dirinya
"kenalin gue Gio"
"Karina.."
"Maaf untuk kejadian di depan"
"Gapapa, santai aja... kok engga pake seragam?"
"Ohh... engga, gue yang punya kedai ini"
Aku terdiam sejenak.
"Lo lebih terlihat seperti anak kuliahan yang mau nugas sih, dibanding orang yang punya kedai ini, hahaha"
aku tertawa, dia juga.
"Boleh duduk?"
"Silahkan.."
Kami terlibat obrolan panjang, cerita seputar pekerjaannya yang ternyata perusahaan tempat Ia bekerja merupakan salah satu klien perusahaanku, hahaha, dunia terasa sempit. Ku akui Gio bukan orang yang membosankan, sama seperti kedainya.
Kedua kalinya Macchiato yang ku pesan di kedai Gio, masih dengan rasa yang sama, sangat jauh dari kata kecewa dekat dengan kata nikmat. kedua kalinya pula aku bertemu Gio dan terlibat obrolan menarik. Kali ini aku melihat sisi yang lain dari Gio. DIa sosok yang manis. Bukan wajahnya tapi sikapnya. Mungkin aku menyukainya seperti aku menyukai kedainya, Aku nyaman bersama dengannya.
Ketiga, keempat, kelima, keenam, dan entah sudah berapa puluh kali aku berkunjung ke kedai Gio dan mengobrol dengannya, kami sudah menjadi teman baik, kami juga sudah bertukar nomor telepon sejak kali ke-enam aku berkunjung ke kedainya, Aku mengetahui sisi lain lagi dari Gio, Ia sangat jail dan sesekali bisa dibilang dewasa, walopun jika kalian melihat tingkahnya dan penampilannya, dewasa merupakan hal yang sangat jauh terlihat, tapi aku akui Ia pintar menempatkan diri, aku merasa kami semakin dekat, aku telah jatuh hati.
Ini kali ke-sembilan puluh aku berkunjung ke kedai Gio. Namun seharian ini Gio tidak ada kabar sama sekali. Bahkan untuk mengirim kan kata- kata romantis khas anak Sekolah Menengah pun tidak. Biasanya pagiku terhibur oleh kata romantis Khas anak Sekolah Menengah itu. Hahaha.
Macchiato ku sudah setangah cangkir ku minum, namun Gio belum menampakkan batang hidungnya. Aku menunggu...
Hingga tetesan Macchiato ku yang terakhir, Gio belum menampakkan dirinya, Aku pamit. Tidak lupa menitipkan pesan kepada DImas, rekan seperbisnisan kedai Gio, setelahnya..
Aku Pulang.
Kali ke-seratus. Gio masih belum ada kabar. Kemana Gio? Satu pertanyaan yang sampai saat ini belum terpecahkan olehku. Mungkin ini adalah Macchiatoku yang terhambar. Walopun jika dirasakan rasanya tidak berubah, hanya saja ketiadaan pemilik kedainya yang membuat Macchiato ini terasa hambar.
Dimas pun bungkam saat ku tanya rekannya berada dimana atau setidaknya bagaimana keadannya?
Pertanyaan lain timbul, Apa salahku?
Tahukah kalian di bagian mana kesalahanku?
Jika saja aku memiliki waktu sebanyak secangkir kopi bersama dengan GIo untuk yang terakhir kali, mungkin itu adalah kopi paling berharga yang aku minum.
Gio, apa salahku? Bagaimana keadaanmu?
Mengapa kau pergi disaat dirimu telah memenuhi secangkir kopiku?
-TAMAT-

continue reading Secangkir Kopiku

Jumat, 21 September 2018

Cerita Teman - Andri

Oke gaiz sudah lama tidak menulis dan rasanya kangen buat posting tulisan tulisan on my weird blog😁😁

Jadi kali ini sedikit ber-tema. Mungkin akan banyak tulisan yang diposting dengan tema seperti ini. Cerita teman. Dipostingan kali ini, menceritakan cerita teman teman gua yang melekat di memori gua.

Cerita teman kali ini akan menceritakan kisah teman gua yang gua terkadang ingat saat gua gosok gigi. Iya. Gosok gigi.

Namanya Andriawan aka Bedul. Jadi, sebelum gua cerita tentang Andri gua mau ngasih tau kalo gua dulu pengurus kelas, lebih tepatnya bendahara kelas. Itu pemilihan pengurusnya tuh dipilih langsung dari ketua kelas yang satu satunya mengajukan diri nya menjadi ketua kelas wkwkwkkwkwk dan dia memilih bawahan bawahannya hanya dengan satu jari telunjuk. Dia. Dia. Dia. Dia dan gua salah satunya entah mengapa dia memilih gua sebagai bendahara kelas keknya waktu itu dia pernah gua tanya trus dia jawab tapi gua lupa jawabannya dia apa-_-.

Jadi karna gua bendahara kelas. Jadi sering atau mungkin setiap pengambilan rapot gua mendampingi wali kelas gua untuk pengambilan rapot. Jadi gua hapal tuh orang tua temen temen gua.

Suatu ketika saat menemani wali kelas ngambil rapot, kelas dua kalo ga salah. Jadi, kalo mau ngambil rapot di kelas gua itu atau kebanyakan mungkin sama ya, ngisi presensi trus dapet nomor urut dan snack. Baru deh masuk ke ruang kelas da nunggu nomor antrian.

Tibalah giliran orang tuanya Andri. Andri ini pasti yang ngambil rapot adalah ibunya. Seperti biasa, kalo ngambil rapot ngomongin gimana anaknya kalo disekolah, nilainya gimana ada yang masih kurang atau engga, dan sikapnya kalo di pelajaran. Karna saat itu wali kelas gua guru olahraga jadi lebih sering ketemu di luar kelas. Jadi wali kelas gua biasanya nanya 'gimana bu anaknya kalo dirumah?'

Saat itu ibu nya Andri ditanya gitu dan ibunya mengeluhkan kalo temen gua yang satu ini kalo mandi super lamaaaaaaa. 'gatau tuh bu ngapain dia kalo mandi lama bangat ada kali 30 menit mah' dengan logat betawi nya👍👍. Dan saat itu gua hanya berpikir gua aja yang cewe mandi ga selama itu daahhh.

Setelah tau cerita ibunya. Pernah gua nanya ke dia. 'dul waktu itu emak lu cerita dul, katanya lu mandi lama banget yakk. Ngapain lu?' dan dia menjawab. 'wkwkwkwk. Iyaaa gatau dah gua juga bingung kalo misalnya mandi gua tuh suka males pindah tangan kalo sikat gigi' gua diem seketika untuk mencerna omongannya dia.

Jadi maksudnya tuh kalo dia lagi gosok gigi bagian kiri pake tangan kiri dia males ganti tangan buat gosok gigi bagian kanan. Jadi dia tuh gosok yang kiriiiiii terus. Semoga kalian ngerti apa yang gua maksud. Padahal yaa kalo dipikir pikir kan bisa gosok gigi kanan pake tangan kiri atau sebaliknya ngapain dia ganti ganti ya kalo sikat gigi-_-. Kalo kata dia tuh males ganti tangan gegara udah keenakan gosok gigi gituu. Wkwkwk. Aneh dah emang temen gua. Nah cerita ini kadang melintas dipikiran gua kalo lagi sikat gigi,  lucu sih yaa tapi anehh

Jadi gitu cerita teman gua yang namanya andri ini. Aneh sii tapi keinget wkwkwk dan kadang menghibur saat gua sikat gigi.
continue reading Cerita Teman - Andri